Senin, 06 Februari 2012

Codium edule silva


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Indonesia dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai negara dengan luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah rumput laut (seaweed).
            Manfaat rumput laut berdasarkan penelitian tercatat 22 jenis telah dimanfaatkan sebagai makanan. Diwilayah perairan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Pulau Seram, Bali, Lombok, Kepulauan Riau dan Pulau Seribu diketahui 18 jenis dimanfaatkan sebagai makanan dan 56 jenis sebagai makanan dan obat tradisional oleh masyarakat pesisir.
            Sebagai bahan pangan, rumput laut telah dimanfaatkan bangsa Jepang dan Cina semenjak ribuan tahun yang lalu. Sebenarnya apa rumput laut itu? Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan seaweed. Tanaman ini adalah gangang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Jika kita amati jenis rumput laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting dahan bercabang-cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah (rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae). Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena ternyata rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 -20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat. Gizi yang terkandung dan manfaat yang terkandung di dalam nya antara lain sebagai antikanker,antioksidan,mencegah kardiovaskular,makanan diet dsb.
            Salah satu contoh spesies dari filum chloropyta yaitu  Codium edule silva. Merupakan alga hijau yang banyak mempunyai manfaat.

1.2  Tujuan
·         Untuk mengetahui klasifikasi Codium edule silva
·         Untuk mengetahui sebaran Codium edule silva
·         Untuk mengetahui manfaat Codium edule silva




















BAB II
ISI

2.1 Klasifikasi
Kingdom          :Plantae
Subkingdom    :Viridaeplantae
Infrakingdom   :Infrakingdom Chlorophyta
Phylum            :Chlorophyta
Class                :Bryopsidophyceae
Order                :Bryopsidales
Family              :Codiaceae
Genus              :Codium

2.2 Sebaran
            Tumbuh dengan sebaran yang agak meluas, terutama di daerah terumbu, menempel pada batu. Samudera Hindia: di Maladewa, Samudera Pasifik: dari Taiwan ke Papua Nugini, termasuk Spermonde Archipelago, Indonesia dan Negara Federasi Mikronesia, timur ke Kepulauan Hawaii. Dapat juga diketemukan antara lain di daerah perairan pantai selatan Jawa (Pameungpeuk, Garut).

2.3 Manfaat
            Diperoleh informasi bahwa rumput laut jenis Codium edule (Chlorophyta) memiliki aktivitas anti bakteri bagi E coli. Aktivitas anti bakteri bagi EPEC DII.3 mulai terlihat pada pemberian ekstrak Codium edule dengan konsentrasi 10%.penambahan konsentrasi ekstrak meningkatkan daya efektifitas antibakteri tersebut sampai konsentrasi 50% akan berpengaruh nyata pada daya aktivitas antibakteri ekstrak Codium edule.
            Codium edule juga dapat di gunakan langsung untuk bahan makanan. Dapat bertahan hingga 10 hari dalam lemari pendingin.
           

2.4 Gambar
             Thalli silindris, halus, licin dan lunak seperti spong, warna hijau abu-abu atau kebiru-biruan. Percabangan dichotomus dengan percabangan utama lebih memusat ke bagian pangkal thallus, membentuk rumpun radial yang rimbun sehingga berkesan menumpuk. Thallus terjalin hijau untuk coklat kehijauan, membentuk suatu massa spons. Cabang silinder, 3 sampai 7 mm dengan diameter, melekat satu sama lain pada titik saja dengan bantal kecil seperti struktur rhizoidal. Bercabang dikotomis untuk subdichotomous, membentuk sudut lebih dari 45 ° tapi kurang dari 90 °. lebar Filamen dari medula 42-69 m, Dipisahkan dari utricles melalui konstriksi mendalam.Utricles berbentuk kerucut atau silindris,sedikit meruncing menuju dasar dengan tips membulat,beberapa utricles terjadi sedikit pembengkakan tepat di puncak bawah.

















BAB III
KESIMPULAN

            Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan seaweed.Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah rumput laut (seaweed). Manfaat rumput laut berdasarkan penelitian tercatat 22 jenis telah dimanfaatkan sebagai makanan. Gizi yang terkandung dan manfaat yang terkandung di dalam nya antara lain sebagai antikanker, antioksidan, mencegah kardiovaskular, makanan diet dsb.
            Salah satu contoh spesies dari filum chloropyta yaitu Codium edule silva. Merupakan alga hijau yang banyak mempunyai manfaat, Percabangan dichotomus dengan percabangan utama lebih memusat ke bagian pangkal thallus, membentuk rumpun radial yang rimbun sehingga berkesan menumpuk.Tumbuh dengan sebaran yang agak meluas, terutama di daerah terumbu, menempel pada batu. manfaat rumput laut jenis Codium edule (Chlorophyta) memiliki aktivitas anti bakteri bagi E coli.Codium edule juga dapat di gunakan langsung untuk bahan makanan.

Selasa, 15 November 2011

Pemanfaatan Mangrove Dalam Bidang Farmasi


Hutan mangrove memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda dengan tanah kering. Berdasarkan tempat tumbuhnya hutan mangrove dapat dibedakan pada empat zone, salah satunya adalah zona Avicennia sp, merupakan zona yang letaknya diluar hutan bakau, memiliki tanah yang berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus (Badrudin, 1993). Daerah penyebaran hutan mangrove pada batas pantai yang mengarah ke laut didominasi oleh Avicennia sp, yaitu jenis bakau yang mempunyai akar gantung (aerial root), selanjutnya pohon bakau merah Rhizophora (Hutabarat dan Evans, 1985).
Salah satu yang menjadi sumber antibiotik alami adalah tumbuhan mangrove, yang merupakan kekayaan alam potensial, kurang lebih 27% populasi mangrove dunia tumbuh di Indonesia. Di Indonesia hutan mangrove tersebar di sepanjang pantai Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Jenis yang sering ditemukan di Indonesia dan merupakan ciri-ciri utama dari hutan mangrove adalah genera Avicennia, Sonneratia, Ceriops, Brugueira, dan beberapa spesies dari genera Rhizophora (Nobbs, and McGuinness, 1999). Hutan mangrove atau hutan mangal adalah suatu komunitas tanaman yang hidup di daerah tropis dan sub tropis pinggir pantai. Terdiri dari lebih kurang 30 famili dan lebih dari 100 spesies yang berupa pohon atau semak belukar (Nybakken, 1993). Lebih kurang 60-75 % garis pantai di daerah tropis ditumbuhi oleh hutan mangrove.
            Senyawa kimia dari tumbuhan yang berperan sebagai antimikrobial yaitu dari golongan alkaloid dikenal sebagai berberina, emitina, kuinina dan tetrametil pirazina ; dari golongan fenolik biasanya pada jaringan kayu terdapat senyawa asam amino aromatik, yang berasal dari jalinan asam sikimatnya dapat berperan sebagai herbisida serta tanin yang biasanya dikenal untuk menyamak kulit, karena mereka memotong dan mendenaturasi protein serta mencegah proses pencernaan bakteri. Flavonoid yang mudah larut dalam air pada tumbuhan berfungsi untuk kerja antimikroba dan antivirus; serta isoprenoid dengan turunannya saponin triterpenoid merupakan irritan yang kuat dan berperan sebagai antimikrobial. Sebagian besar fitoaleksin adalah fenil propanoid yang merupakan produk dari asam sikimat, beberapa diantaranya merupakan senyawa isoprenoid dan poliasetilena (Rowe, 1989).
            Flavonoid ditemukan hampir pada semua tumbuhan tingkat tinggi. Sedikitnya terdapat 4000 struktur flavonoid yang telah dilaporkan. Kelas flavonoid lainnya adalah flavon, flavonol, flavanon, flavanonol yang kurang begitu berwarna terutama pada tumbuhan berkayu (Harborne, 1987).
            Salah satu sifat yang dimiliki oleh suatu antibiotik adalah mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Selanjutnya Efendi (1998), menambahkan bahwa pathogenitas merupakan salah satu ciri utama mikroorganisme. Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk menimbulkan penyakit merupakan ciri khas organisme tersebut.
Tumbuhan mangrove mengandung senyawa seperti alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan saponin. Golongan senyawa ini merupakan bahan obat-obatan modern (Eryanti et al., 1999). Akan dilakukan pengujian produksi antibiotik dari ekstrak ini terhadap bakteri Vibrio sp dan diharapkan antibiotik yang dihasilkan dapat digunakan dalam menanggulangi penyakit kunang-kunang dan vibriosis pada ikan dan udang yang bernilai ekonomis pada usaha-usaha budidaya.
Dari survey awal yang telah dilakukan, diketahui bahwa beberapa spesies mangrove (R apiculata, B gymnorhyza) (A. alba, N. fruticans) memiliki efek antimikrobial terhadap bakteri Vibrio (Effendi,1998). Namun golongan senyawa kimia yang menghambat bakteri tersebut dan juga efektivitasnya belum diketahui dengan pasti.
Penyakit Vibriosis disebabkan oleh bakteri gram negatif Vibrio yaitu; V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, dan V. anguillarum. Penyakit tersebut dapat dideteksi dengan mengisolasi bakteri dari tubuh udang sakit dan menanamnya pada media agar selektif untuk Vibrio, yaitu TCBS Agar. Pada media ini koloni bakteri yang tumbuh tampak berwarna kuning dan hijau (Effendi, 1998).
            Dari hasil penelitian awal (Feliatra, 2000) yang dilakukan terhadap beberapa spesies mangrove memiliki anti mikrobial terhadap bakteri vibrio sp. Sensitifitas bakteri terhadap beberapa mangrove yang dilakukan dengan menggunakan diagnosis melalui metoda cakram (paper disk method) dengan mengamati zona bebas bakteri (clear zone) di sekitar sampel (Tabel 1).



Tabel 1. Daya hambat beberapa spesies mangrove terhadap bakteri Vibrio sp.

No.
Spesies Mangrove
Zona bebas Bakteri
1
Rhizoopra apiculata
1,5 – 3 mm
2.
Nypa fruticans
2,5 – 4,5 mm
3.
Bruiuiera gymnorrhiza
1,5 – 3, 5 mm
4.
Aviciennia alba
3,5 – 5,5 mm

            Alam (2000) menyatakan bahwa ekstrak mangrove dapat menekan laju pertumbuhan Vibrio harveyi. Pada media lumpur dan air laut. Selanjutnya Yasmon (2000) menyatakan ekstrak mangrove bersifat antibakteril terhadap bakteri Vibrio parahamolyticus pada media lumpur dan air laut. Dari sampel yang digunakan bahwa daun mangrove lebih efektif dibandingkan buah dan kulit mangrove. Siregar (2000) menyatakan bahwa mangrove Sonneratia ovate memiliki sensitifitas yang lebih tinggi pada bakteri Vibrio parahaemolyticus pada daun dibandingkan dengan buah dan kulit. Tetapi sampai saat ini belum diketahui zat bioaktif apa yang dimiliki oleh tumbuhan mangrove yang dapat menghambat bakteri vibrio sp tersebut.